-->

AYAT KURSI TAK CUKUP HANYA DIBACA



Pertama:
الْحَيُّ

Maksudnya Dia Maha Hidup. Ini bukti yang jelas, bahwa kita wajib beribadah kepada Allah عزّوجلّ saja, karena Dia menyifati diri-Nya hidup yang kekal, tidak akan mati, hidup yang sempurna, bukan diawali dengan tidak ada, dan bukan diakhiri dengan tidak ada, tidak ada kekurangan dan cacatnya, Maha Tinggilah pencipta kita, dan Maha Suci dan hidup yang pasti sempurna sifat-Nya. 

Tidak layak siapa pun beribadah, rukuk dan sujud melainkan hanya kepada Allah عزّوجلّ, seperti firman Allah عزّوجلّ:
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ

Dan bertawakallah kepada Allah yang Maha Hidup (kekal) yang tidak mati. (QS. al-Furqan [25]: 58)

Adapun hidup yang nanti akan mati, atau mati, atau benda padat yang tidak memiliki sifat hidup, mereka tidak punya hak untuk disembah, karena ibadah haknya Allah Yang Maha Hidup tidak akan mati.

Kedua:
الْقَيُّومُ

Maksudnya: Dia mengurusi diri-Nya sendiri dan mengurusi semua makhluk-Nya, semua sifat yang menunjukkan pekerjaan kembali kepada nama ini, ini menunjukkan sempurnanya kecukupan Allah عزّوجلّ, Dia tidak butuh kepada makhluk-Nya, bahkan sebaliknya hamba yang membutuhkan. 

Seperti firman-Nya:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاء إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

Hai manusia, kamulah yang butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. (QS. Fathir [35]: 15) 

Dan seperti hadits qudsi Allah عزّوجلّ berkata:

إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّي فَتَضُرُّونِي وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُونِي

"Hai hamba-Ku, kamu sekalian tidak akan dapat menimpakan marabahaya sedikit pun kepada-Ku, tetapi kamu merasa dapat melakukannya. Selain itu, kamu sekalian tidak akan dapat memberikan manfaat sedikit pun kepada-Ku, tetapi kamu merasa dapat melakukannya." (Muslim 8/17)

Allah عزّوجلّ Maha Kaya dengan sendirinya. Dia tidak membutuhkan sedikit pun kepada makhluk-Nya dalam semua urusan.

Nama الْقَيُّومُ menunjukkan maha sempurna kemampuan dan pengaturan Allah عزّوجلّ kepada semua makhluk-Nya juga. Semua makhluk-Nya pasti butuh kepada Allah عزّوجلّ, tidak sekejap mata pun yang tidak butuh kepada Allah عزّوجلّ : arasy, kursi, langit dan bumi, gunung, pohon, manusia dan hewan semua butuh kepada Allah عزّوجلّ sebagaimana firman-Nya: Surat ar-Ra'du: 32, Fathir: 41,15, ar-Rum: 35. 

Semua kandungan ayat ini kembali kepada nama-Nya الْحَيُّ dan الْقَيُّومُ, bahkan semua asmaul husna kembali kepada dua nama ini juga. 

Para ahli ilmu berkata, "Barangsiapa yang berdo'a dengan menyebut dua nama ini do'anya akan dikabukan, karena dua nama ini disebut yang paling awal dan seterusnya.


Ketiga: 

Firman-Nya
لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ

"Allah عزّوجلّ tidak mengantuk dan tidak tidur." Mengantuk itu permulaan tidur, sedangkan tidur sudah dimaklumi (pengertiannya). Allah عزّوجلّ membersihkan diri-Nya dari dua sifat yang 'tercela' ini karena Dia memiliki sifat hidup yang sempurna dan kepengurusan-Nya yang sempurna juga. 

Berbeda dengan manusia dan makhluk lainnya, sifat hidupnya akan berakhir, serba mengalami kekurangan, mereka perlu istirahat karena capek bekerja, tidaklah mereka tidur melainkan karena merasa capek dan berat memikul beban. 

Dengan tidur mereka merasa lelahnya berkurang, mereka butuh tidur karena mereka memiliki sifat lemah segala-galanya, mereka mengantuk, capek, lelah, dan sakit, maka bagaimana makhluk yang serba kurang ini disembah, dimintai rezeki, agar menolak bala, dan agar menyembuhkan penyakit? dan seterus-nya. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَنَامُ وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ يَخْفِضُ الْقِسْطَ وَيَرْفَعُهُ يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ عَمَلِ النَّهَارِ وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ اللَّيْلِ حِجَابُهُ النُّورُ

"Sesungguhnya Allah عزّوجلّ tidak pernah tidur dan Dia tidak akan tidur, Dia mengurangi dan menam-bah pembagian (balasan amal), amal di malam hari disampaikan kepadanya-Nya sebelum amal siang hari, dan amal siang hari disampaikan kepada-Nya sebelum amal malam hari. 

Hijab-Nya adalah cahaya." (Muslim no. 179 1/111)

Keempat: 

Firman-Nya:
لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ

Maksudnya hanya Allah عزّوجلّ Yang Maha memiliki semua yang ada di langit dan di bumi. Adapun makhluk tidak memiliki sesuatu pun (baca Surat Saba' [34]: 22). 

Selain Allah عزّوجلّ tidak ada yang memiliki sebiji sawi dengan sendirinya atau dengan berserikat, tidak satu pun manusia yang memiliki sesuatu melainkan itu miliknya Allah عزّوجلّ (silakan baca Surat Ali 'Imran [3]: 26). 

Apa yang dimiliki oleh manusia pasti akan lenyap, dengan kematiannya, atau pada masa hidupnya hartanya hancur karena musibah, se-perti kisahnya orang yang punya kebun dia ingin mengetamnya lalu terbakar hangus (baca Surat al-Qalam [68]: 17-23). 

Dengan demikian kita tahu bahwa yang berhak disembah hanyalah Allah عزّوجلّ. karena hanya Dia yang Maha memiliki segala sesuatu.

Kelima: 

Firman-Nya:
مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

Maksudnya: Tidak seorang pun yang mampu memberi syafa'at atau pertolongan melainkan atas izin Allah عزّوجلّ, karena hanya Allah عزّوجلّ pemiliknya. 

Siapakah yang mampu mengatur milik-Nya dan yang berbuat sesuatu tanpa izin-Nya? Tentu tidak ada. Semua syafa'at milik Allah عزّوجلّ. Firman-Nya:

قُل لِّلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعاً

Katakanlah: "Hanya kepunyaan Allah syafa'at itu semuanya." (QS. az-Zumar [39]: 44)

Oleh sebab itu, syafa'at-Nya tidak bisa diminta kecuali dengan izin-Nya (baca Surat Saba' [34]: 23) dan tidak pula bisa diberikan melainkan kepada orang yang diridhai-Nya (baca Surat an-Najm [53]: 26)

Walaupun Rasulullah صلى الله عليه وسلم memiliki kedudukan tinggi dan terpuji pada hari Kiamat, beliau tidak mampu memintakan syafa'at untuk umatnya melainkan setelah mendapatkan izin Allah عزّوجلّ. Bukankah Allah عزّوجلّ berkata kepada beliau:

ارْفَعْ رَأْسَكَ، وَقُلْ يُسْمَعْ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ

"Hai Muhammad, angkatlah kepalamu; katakanlah, engkau akan didengar; dan mintalah syafa'at, engkau akan diberi syafa'at." (HR. Bukhari no. 6956)

Selanjutnya, tidak semua orang bisa memintakan syafa'at di sisi Allah عزّوجلّ dan tidak semua orang meraih syafa'at-Nya, tetapi syafaat ini khusus untuk ahli tauhid yang bersih dari perbuatan syirik, sebagaimana dalam Shahih Imam Muslim dari Abu Hurairah رضي الله عنه, dia bertanya kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم "Saya berkata, 'Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa'atmu pada hari Kiamat?' 

Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab:

لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ، لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ، أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ

"Aku telah menduga, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada orang yang mendahuluimu dalam menanyakan masalah ini, karena aku lihat betapa perhatian dirimu terhadap hadits. Orang yang paling berbahagia dengan syafa'atku pada hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan la ilaha illallah dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya." (HR. Bukharino. 97) 

Bukti kebenaran sabda beliau ini menolak prinsip aqidah orang musyrik yang memalingkan hak Allah عزّوجلّ kepada selainnya. 

Mereka menduga bahwa wali dan lainnya mampu mendekatkan diri mereka kepada Allah عزّوجلّ (baca firman-Nya dalam Surat Yunus [10]: 18 dan Surat az-Zumar [39]: 3). 

Mereka beribadah, memohon, menyampaikan hajatnya, menolak bahaya, bernadzar, dan menyembelih kepada mayit, batu, pohon, dan lainnya. 

Mereka berkeyakinan bahwa sembahan mereka mampu mendengar do'a mereka, menjawab dan mengabulkan apa yang menjadi kebutuhan mereka. 

Padahal ada tiga pembagian syafa'at yang mereka tidak tahu, atau tidak mau tahu, yaitu: tidak ada syafa'at kecuali dengan izin Allah عزّوجلّ, tidak ada syafa'at kecuali (bagi) orang yang diridhai oleh Allah perkataan dan perbuatannya, sesungguhnya Allah عزّوجلّ tidak ridha melainkan kepada ahli tauhid.


Keenam: 

Firman-Nya:
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ

Maksudnya: Ilmu Allah عزّوجلّ meliputi perkara yang lampau dan yang akan datang, Dia mengetahui yang sudah terjadi dan yang akan terjadi, ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, dan menghitungnya. Mana mungkin Dia tidak tahu, sedang-kan semua makhluk Dialah yang menciptakan-nya, seperti firman-Nya:

أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ

Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui? (QS. al-Mulk [67]: 14)

Dialah yang menciptakan semua makhluk dan yang mewujudkannya, Dialah yang Maha Mengetahui semua urusan makhluk-Nya (silakan baca Surat al-Mulk ayat no. 14).

Ada kisah: Sebagian orang kafir pada suatu hari berkata, "Saya bisa menciptakan." Lalu ditanya, "Mana buktinya?" Dia mengambil daging, lalu dipotong, lalu dicampur dengan kotoran hewan, lalu dimasukkan ke dalam bejana tertutup rapat, lalu menyuruh orang agar menjaganya selama tiga hari, setelah itu diserahkan dan dibuka, tiba-tiba bejana itu penuh dengan cacing, lalu dia berkata, 
"Ini ciptaan saya." Sebagian orang yang hadir bertanya, "Berapa jumlahnya?" Dia tidak tahu. 

Dia ditanya lagi, "Berapa yang jantan dan yang betina? Dan apakah kamu yang menanggung pangannya?" Dia tidak bisa menjawab. Lalu dikatakan kepadanya, "Pencipta tentu dia bisa menghitung jumlah ciptaannya, mengetahui yang jantan dan yang betina, dan mampu menanggung kebutuhan hidupnya, mengetahui berapa lama dia hidup dan kapan matinya." 

Akhirnya orang itu diam, tidak bisa menjawab. (al-Hujjatufi Bayanil Mahajjah lit Taimi 1/130)

Ketujuh dan Kedelapan: 

Firman-Nya:
وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء

Artinya: "Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya." 

Ini menunjukkan kelemahan makhluk, terbatas ilmu pengetahuannya, tidak memilikinya kecuali sedikit. 

Allah عزّوجلّ berfirman:
وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً

Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. (QS. al-Isra' [17]: 85)

Pertama kali manusia keluar dari rahim ibu-nya, dia tidak tahu apa apa (seperti firman-Nya dalam Surat an-Nahl [16]: 78), akan kembali ilmunya menjadi lemah dan hilang daya ingatan-nya (baca Surat an-Nahl [16]: 70), di tengah perjalanan hidupnya ilmunya kekurangan dan sering lupa (baca firman-Nya dalam Surat Thaha [20]: 115).

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Nabi Adam عليه السلام lupa dan lupa pula keturunannya." 

Mereka tidak punya ilmu kecuali apabila Allah عزّوجلّ yang memberi ilmu (baca Surat al-Baqarah [2]: 32, al-'Alaq [96]: 4-5, dan firman-Nya Surat ar-Rahman: 43). 

Dan do'a beliau:
اللَّهُمَّ عَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا

"Ya Allah, berilah aku ilmu yang bermanfaat untuk diriku dan berilah aku tambahan ilmu." (HR. Ibnu Majah no. 3833)

Maka mereka tidak punya ilmu melainkan apabila Allah عزّوجلّ memberikan taufik dan memudahkannya.    

Adapun firman-Nya menunjukkan keesaan Allah عزّوجلّ

Semua perkara yang wujud dengan kehendak-Nya, apa yang dikehendaki pasti terjadi, yang tidak dikehendaki tidak terjadi, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah عزّوجلّ.

Kesembilan: 

Firman-Nya:
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ

Kursi merupakan makhluk Allah عزّوجلّ yang mulia, Allah عزّوجلّ menyifati luasnya meliputi langit dan bumi. 

Kursi, makhluk yang mulia dan besar pula ukurannya. Langit dan bumi bila dibanding dengan Kursi sungguh amat kecil, demikian juga bila Kursi dibanding dengan Arasy, Kursi amat kecil. 

Kita bisa mengetahuinya dengan berita yang disampaikan oleh Abu Dzar رضي الله عنه dia berkata, "Saya memasuki Masjidil Haram, lalu saya melihat Rasulullah صلى الله عليه وسلم sendirian. 

Saya duduk mendekati beliau, lalu saya bertanya, "Wahai Rasulullah! Ayat apa yang lebih mulia turun kepada engkau? 

Beliau menjawab, Ayat Kursi, tidaklah langit dan bumi bila dibanding dengan Kursi melainkan bagaikan lingkaran kecil yang dibuang di padang sahara, sedangkan kelebihan Arasy bila dibanding dengan Kursi seperti luasnya padang sahara dengan lingkaran gelang yang kecil." (Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam al-Hilyah 1/166 dan Abu Syaikh dalam al-Azhamah, al-Baihaqi dalam al-Asma' wash Shifat 2/300, 301, dan lainnya dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah no. 109)

Apabila orang muslim mengetahui besarnva kekuasaan Allah عزّوجلّ ini, tentu dia akan merendahkan diri dan tunduk kepada Allah عزّوجلّ, dia beribadah hanya kepada-Nya, dia yakin bahwa yang berhak sembah hanya Allah عزّوجلّ, dan dia tahu juga bahwa orang musyrik tidaklah dia benar benar mengagungkan Allah عزّوجلّ. Firman-Nya:

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعاً قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (QS. az-Zumar [39]: 67)

Silakan baca juga Surat Nuh [71]: 13-20.

Maka di mana akal orang musyrik ini? Mereka melampiaskan ketundukan, pengharapan, rasa takut dan cintanya kepada makhluk yang kecil dan hina, makhluk itu tidak mampu mendatangkan manfaat dan tidak mampu menolak bala untuk dirinya, apalagi untuk orang lain. Mereka enggan beribadah kepada Allah عزّوجلّ Pencipta Yang Maha Agung. 

Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

Baca Juga: Pengertian Hadits

Kesepuluh: 

Firman-Nya:
وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا

Artinya: "Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya." Ini menunjukkan kebesaran kekuasaan Allah عزّوجلّ dan kesempurnaan kemampuan dan kekuatan-Nya juga, kita sudah mengetahui bahwa sifat nafi (yang ditiadakan) oleh al-Qur'an, bukan hanya sekadar peniadaan, melainkan mengandung sifat itsbat (penetapan) yang sempurna. 

Maka firman-Nya لاَ يَؤُودُهُ maknanya tidak menyusahkan, tidak memberatkan, dan tidak melelahkan. 

Adapun حِفْظُهُمَا maksudnya menjaga langit dan bumi, ini menunjukkan sifat sempurna kemampuan dan kekuatan Allah عزّوجلّ, bahwa Allah itu adalah al-Hafizh menjaga langit dan bumi. Seperti firman-Nya baca Surat Fathir [35]: 41 dan ar-Rum [30]: 25.

Ini menjelaskan bahwa semua makhluk membutuhkan pertolongan Allah عزّوجلّ, maka ketetapan dan wujud makhluk dengan izin-Nya, sedangkan pemeliharaannya dengan kehendak-Nya. 

Allah عزّوجلّ menahan makhluk dengan kekuasaan-Nya,  semua makhluk  dan  semua  urusannya membutuhkan bantuan-Nya, dan tidak mungkin makhluk tidak membutuhkan penjagaan Allah عزّوجلّ. Ini sebagai bukti yang nyata bahwa hamba wajib menauhidkan Allah عزّوجلّ dan ikhlas beribadah hanya kepada-Nya, dan wajib membersihkan dirinya dari semua bentuk kesyirikan dan seterusnya.

Kesebelas dan Duabelas: 

Firman-Nya:
وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Dua nama ini الْعَلِيُّ dan الْعَظِيمُ menunjukkan bukti keesaan Allah عزّوجلّ, bahwa hanya Dia yang berhak disembah, sedangkan selain-Nya tidak, karena Allah عزّوجلّ menyebutkan bahwa diri-Nya paling tinggi dari semua makhluk-Nya dan paling agung.

Disertakan ال dalam firman-Nya وَهُوَ الْعَلِيُّ menunjukkan menyeluruh, meliputi semua makna ketinggihan; tinggi Dzatnya, tinggi kekuasaan-Nya, dan keagungan-Nya.

Allah عزّوجلّ Maha Tinggi Dzatnya, di atas semua makhluk-Nya seperti firman-Nya:

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

Tuhan yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas Arasy. (QS. Thaha [20]: 5)

Sedangkan Dia Maha Tinggi (الْقَهِر) kekuasaan-Nya seperti firman-Nya:

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ

Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya. (QS. al-An'am [6]: 18)

Sedangkan Dia Maha Tinggi (قَدْرِ) keagungan-Nya seperti firman-Nya:

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ

Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. (QS. az-Zumar [39]: 67)

Ini semua bukti yang sangat agung tentang keesaan Allah عزّوجلّ, dan membatalkan semua bentuk kesyirikan. Oleh karena itu, Allah عزّوجلّ berfirman:

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil dan sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. Luqman [31]: 30)

Sedangkan firman-Nya الْعَظِيمُ menunjukkan bahwa hanya Allah عزّوجلّ

Dzat Yang Maha Agung, tidak ada yang melebihi keagungan-Nya, sedangkan makhluk sekalipun besar kedudukannya, dia tetap rendah apabila dibanding dengan keagungan penciptanya.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Allah عزّوجلّ berkata:

الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي وَالْعَظَمَةَ إِزَارِي فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا قَذَفْـتُـهُ فِي النَّارِ

"Kesombongan adalah selendang-Ku, keagungan adalah sarung-Ku. Siapa yang mencabut salah satunya dari-Ku maka dia akan Ku lemparkan ke neraka." (Shahih. HR. Ahmad dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 540)

Di antara peribadatan yang berhubungan dengan nama ini, hendaknya hamba mengagungkan penciptanya dan merendahkan dirinya di hadapan Dzat yang Maha Agung. 

Hendaknya kepada Allah عزّوجلّ saja mereka merendahkan diri, khusyuk, dan mematahkan hati, karena terkadang setan menipu suatu kaum sehingga mereka dipalingkan dari kenyataan ini, dan mereka jatuh kepada perbuatan syirik secara terang-terangan dan tidak lagi mengagungkan Allah عزّوجلّ.

Itulah dua belas bukti ketauhidan Allah عزّوجلّ yang terkandung di dalam Ayat Kursi. Benar-benar hanya Allah عزّوجلّ yang patut dan berhak disembah. 

Tidak ada sembahan vang hak disembah kecuali Allah. Karena itu, sudah semestinya bila orang yang beragama Islam, malam dan siangnya membacanya berulang-ulang dengan memahami artinya, mengamalkan apa yang menjadi keharusannya, ikhlas beribadah hanya kepada Allah عزّوجلّ saja, dan tidak menyekutukan-Nya dengan siapa pun dan seterusnya.

0 Response to "AYAT KURSI TAK CUKUP HANYA DIBACA "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel