-->

Ngaji Gus Baha' : Keutamaan Buruh dan Tentang Seruan Jihad

 


Nabi pernah berkata bahwa yang termasuk ke dalam orang-orang yang awal masuk ke surga adalah abdun mamlukun budak yang dimiliki. Memiliki dirinya sendiri saja dia tidak mampu, apalagi memiliki yang lainnya. Tidak mudah hidup ditakdirkan jadi buruh. Apa yang dimiliki setiap hari bukan miliknya, “Seperti apa tersiksanya psikologi buruh,” ucap Gus Baha’. Dalam kasta ilmu hakikat kata budak atau abdun digunakan untuk melawan setan. Inna ibadi laisalaka alaihim sulton, orang yang berhasil jadi hambah-Ku (kata Allah) itu tidak akan bisa setan menguasai.

Nabi Muhammad dalam Al Qur’an semuanya diistilahkan dengan kata abdun, seperti dalam ayat subhanalladzi asyro biabdihi dan aroaitalladzi yanha abdan idza sholla. Semua bahasa Al Qur’an tentang Nabi Muhammad itu dengan kata abdun. Menjadi Nabi Daud atau Nabi Sulaiman dengan keadaan kaya dan banyak selir itu lebih mudah daripada menjadi Nabi Muhammad.

Rasulullah sejak kecil untuk makan saja harus jadi buruh mengembala kambing dan berdagang. Oleh karena itu Nabi Muhammad merupkan khotamunnabiyyin. Saat kecil, Nabi Muhammad sudah ditinggal wafat kedua orang tuanya. Ikut bersama kakeknya kemudian diasuh oleh pamannya. Sejak kecil Nabi sudah harus bekerja, ikut saudara kandung saja sakit apalagi ikut dengan paman. Dalam falsafah orang Jawa, “Sesakit-sakitnya orang adalah orang yang tidak ikut orang tuanya sendiri.”

Bekerja menjadi buruh atau budak adalah hal yang berat. Tetapi merupakan pekerjaan yang mulia. Seperti yang dikatakan Gus Baha’, buruh yang bekerja dengan keras tetapi hatinya tetap iman dan ridho terhadap ketetapan Allah, akan memperoleh tiket ke surga terlebih dulu dibandingkan dengan orang ahli ibadah atau wali sekalipun.

Tentang Seruan Jihad

Akhir-akhir ini muncul beberapa lantunan azan yang mengubah lafaz azan dengan kalimat “Hayya alal jihad”. KH Ahmad Bahaudin Nursalim atau Gus Baha mengatakan bahwa praktik jihad (berperang) ketika zaman Rasulullah merupakan implikasi yang benar, karena ketika itu jelas mana yang benar dan mana yang salah, di mana pasukan Abu Jahal adalah orang yang salah dan pasukan Rasulullah adalah orang yang benar. Tuhan agama Islam (Allah) pasti Tuhan yang benar, sedangkan Tuhan orang-orang kafir (berhala) pasti Tuhan yang salah.

Sementara itu, dalam konteks sekarang, khususnya di Indonesia, jihad (berperang) merupakan praktik yang keliru, karena yang dihadapi sama-sama orang muslim. Sebagai contoh kelompok teroris, mereka menyerukan kalimat “Allahu Akbar”, sedangkan musuhnya polisi juga sama-masa menyerukan kalimat “Allahu Akbar”.

Lebih lanjut Gus Baha mengatakan, “Jika ada orang yang mewajibkan jihad dengan alasan mengikuti sunah Rasulullah, maka ajaran tersebut merupakan ajaran yang salah, karena pada saat itu seruan jihad yang dilakukan oleh Rasulullah merupakan tindakan yang benar, yaitu untuk memerangi orang-orang kafir, sedangkan kita sesama muslim dianjurkan untuk saling melindungi satu sama lain”.

Selain itu makna jihad pun bukan selalu tentang perang. Ketika Rasulullah pulang dari perang Badar di bulan Ramadan, beliau bersabda, “Kita telah pulang dari jihad yang kecil menuju jihad yang besar.” Para sahabat terheran-heran dan bertanya, “Ya Rasulullah jihad besar apalagi yang kita harus kita hadapi?” Rasulullah menjawab, “Jihadun nafsi (jihad melawan hawa nafsu), lebih utama dibandingkan jihad-jihad sebelumnya”. Ala kulli hal, kita tidak dianjurkan untuk melalukan permusuhan terhadap sesama Muslim, sebab tidak pasti musuh kita salah dan kita benar ataupun sebaliknya

0 Response to "Ngaji Gus Baha' : Keutamaan Buruh dan Tentang Seruan Jihad"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel