-->

BERIMAN NAMA-NAMA SIFAT ALLAH DALAM AL-QURAN DAN HADIS

Beriman (mempercayai) Segala Nama dan Sifat-sifat Allah yang Terdapat Dalam Al-Qur’an Maupun Dalam Sunnah (Hadits-hadits Shahih).



Banyak sekali ayat maupun hadits-hadits Rasul صلى الله عليه وسلم yang mewajibkan kita untuk beriman secara mutlak dengan segala isi Al-Qur’an. 

Baik yang berbentuk hukum-hukum, maupun yang berbentuk khabar (berita); tentang hal yang telah berlalu, maupun yang akan datang, dan berita tentang nama dan sifat-sifat Allah عزّوجلّ.

Sebagiamana Allah عزّوجلّ peringatkan dalam firman-Nya,

أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

“Apakah kalian beriman kepada sebahagian al-Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian diantara kalian, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.”  (QS. Al-Baqarah/2:85)

Maka kita tidak boleh memilah-milah dalam beriman kepada isi Al-Qur’an. Seperti beriman dengan ayat-ayat menerangkan tentang hukum saja. 

Tetapi tidak beriman dengan ayat-ayat yang menerangkan tentang nama dan sifat-sifat Allah عزّوجلّ, atau merubah dan mentakwil maksud ayat-ayat tersebut.


Maka kita tidak boleh membeda-bedakan anatara isi Al-Qur’an, antara ayat-ayat hukum dengan ayat-ayat yang menerangkan sifat-sifat Allah سبحانه و تعالى

Semua isi Al-Qur’an wajib kita imani dan kita yakini secara utuh, tanpa membeda-bedakan sedikitpun. 

Jika kita membeda-bedakan antara ayat yang berbicara tentang hukum dengan ayat yang menerangkan tentang nama dan sifat-sifat Allah سبحانه و تعالى

Maka kita telah terjerumus kedalam ancaman kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat akan dikembalikan kepada siksa yang sangat berat.

Demikian pula halnya tentang wajibnya beriman dengan segala apa yang disampaikan Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam hadist-hadits beliau. 

Baik yang berbentuk hukum-hukum, maupun yang berbentuk khabar (berita); tentang hal yang telah berlalu, maupun yang akan datang, dan berita tentang nama dan sifat-sifat Allah سبحانه و تعالى.

Sebagiamana Allah عزّوجلّ tegaskan dalam firman-Nya,

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا. أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dengan Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, “Kami beriman dengan sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (antara iman dan kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.” (QS. An-Nisa’/4:150-151)

Maka kita tidak boleh membeda-bedakan dalam beriman, antara Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم

Seperti mempercayai nama dan sifat-sifat Allah عزّوجلّ yang terdapat dalam Al-Qur’an saja, tetapi  tidak mempercayai nama dan sifat-sifat Allah سبحانه و تعالى yang terdapat dalam hadits-hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم

Sedangkan keduanya adalah wahyu yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Sebagaimana Allah عزّوجلّ tegaskan dalam firman-Nya,

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى. إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى 

“Dan tiadalah apa yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Tiadalah yang diucapkannya itu melainkan wahyu yang diwahyukan (kepadanya”). (QS. An-Najm/53:3-4)

وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka ambillah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Hasyr/59:7)

Demikian pula Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah memperingatkan dalam sabda beliau,

عَنْ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِيكَرِبَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: أَلَا إِنِّي أُوتِيتُ الْكِتَابَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ أَلَا يُوشِكُ رَجُلٌ شَبْعَانُ عَلَى أَرِيكَتِهِ (السرير) يَقُولُ عَلَيْكُمْ بِهَذَا الْقُرْآنِ

“Dari Miqdam bin Ma’dikarib, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Ketahuilah sesungguhnya aku diberi kitab dan yang seumpama dengannya, jangan sampai salah seorang kalian berkata sambil duduk diatas sofanya dalam keadaan kenyang, Cukup kalian berpegang dengan Al-Qur’an ini saja.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)

عَنْ أَبِي رَافِعٍ أن عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ مُتَّكِئًا عَلَى أَرِيكَتِهِ يَأْتِيهِ الْأَمْرُ مِنْ أَمْرِي مِمَّا أَمَرْتُ بِهِ أَوْ نَهَيْتُ عَنْهُ فَيَقُولُ لَا نَدْرِي مَا وَجَدْنَا فِي كِتَابِ اللَّهِ اتَّبَعْنَاهُ

Dari Abu Rofi’, bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم besabda, “Aku tidak ingin mendapati salah seorang kalian duduk bersandar di atas sofanya lalu disampaikan kepadanya tentang sebuah urusan dariku baik sesuatu yang aku perintahkan atau sesuatu yang aku larang. Maka ia berkata, kami tidak tau, kami hanya mengikuti apa yang kami dapatkan dalam kitab Allah. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)

Begitu pula kita tidak boleh membeda-bedakan antara hadist-hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Seperti menerima hadits-hadits yang mutawatir1 saja dan tidak menerima hadits-hadits ahad2 (tidak mutawatir). 

Atau menerima hadits ahad dalam persoalan hukum saja dan tidak menerima hadits ahad dalam masalah aqidah. 


Cara-cara seperti ini tidak pernah dilakukan oleh generasi tauladan umat ini mulai dari para sahabat, tabi’iin, tabi’t tabi’iin serta para ulama terkemuka setelah mereka. Pembahasan ini telah dikupas panjang lebar oleh imam Syafi’I رحمه الله dalam kitab beliau Ar-Risalah. Jika kita membeda-bedakan dalam menerima hadits-hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم antara yang mutawatir dan yang ahad, maka kita tidak mempercayai apa yang disampaikan oleh Rasul صلى الله عليه وسلم secara utuh dan sempurna. 

Para ulama ahli hadits terkemuka tidak pernah membedakan antara hadits ahad dan hadits mutawatir dalam segi penerimaan dan pengamalan. Mereka hanya membedakan dalam segi pengkajian dari segi kekuatan sanad. 

Tujuannya tatkala terdapat dua hadits yang kontradiksi dalam konteksnya maka hadits mutawatir lebih valid dari hadits ahad, jika tidak bisa dicarikan titik temu dari kandungan kedua hadits tersebut. 

Namun perlu diketahui bahwa hadits-hadits yang menerangkan tentang sifat-sifat Allah hampir tidak tidak termasuk kedalam kategori tersebut. 

Kesimpulannya bahwa hadits-hadits sifat tidak ada yang kotradiksi, jika merujuk dalam memahaminya kepada pemahaman para ulama Ahlussunnah.

Termasuk dari penjabaran kaidah di atas, penegasan  tentang sumber yang menjadi pegangan kita dalam memahami dan mengimani nama dan sifat-sifat Allah hanyalah perkataan Allah dan perkataan Rasul-Nya. Yaitu Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih.

Karena yang lebih mengetahui tentang Allah عزّوجلّ adalah Allah itu sendiri, maka segala nama dan sifat-sifat yang ditetapkan Allah سبحانه و تعالى untuk diri-Nya wajib kita percayai dan tidak boleh kita selewengkan pengertiannya. 

Kalau ada orang yang mengingkari atau menyelewengkan pengertian dari sifat-sifat Allah, maka orang tersebut seolah-olah ia lebih mengetahui dari Allah. Oleh sebab itu Allah سبحانه و تعالى sebutkan dalam firman-Nya,

قُلْ أَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّه

“Katakanlah, “Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah.” (QS. Al-Baqarah/2:140)

Kemudian dikalangan manusia yang lebih mengetahui tentang Allah عزّوجلّ adalah Rasulullah صلى الله عليه وسلم, sebagaimana beliau sebutkan dalam sabda beliau,

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّ أَتْقَاكُمْ وَأَعْلَمَكُمْ بِاللَّهِ أَنَا


“Sesungguhnya yang paling bertaqwa diantara kalian dan yang paling mengetahui tentang Allah adalah aku.” (HR. Bukhari)

Maka kita tidak boleh berpegang kapada akal semata dalam menetapkan dan memahami nama dan sifat-sifat Allah عزّوجلّ. Apalagi menolak dengan akal nama dan sifat-sifat Allah سبحانه و تعالى yang tedapat dalam Al-Qur’an dan sunnah.

Karena akal manusia memiliki kemampuan yang terbatas, sebagaimana panca indra yang lainnya. Betapa banyaknya dalam kehidupan kita sehari-hari sesuatu yang tidak terjangkau oleh akal manusia, seperti seperti hakikat dari ruh (nyawa) manusia itu sendiri. 

Pada hal ia adalah bagian yang paling terdekat kepada manusia. Sebagian ulama memberikan perumpamaan akal dengan wahyu bagaikan mata dengan cahaya. Sebagaimana mata tidak dapat melihat sesuatu kecuali ketika ada cahaya, baik cahaya matahari di siang hari, atau cahaya lampu di malam hari. 

Demikian pula akal tidak akan bisa menentukan sesuatu terutama dalam hal yang ghaib, kecuali ada penjelasan dari wahyu.


Maka dari itu akal kita wajib tunduk dan menerima terhadap segala apa yang terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah. Baik berupa hukum-hukum maupun tentang nama dan sifat-sifat Allah عزّوجلّ

Sebagaimana diwajibkannya hati dan anggota badan kita untuk tunduk kepada segala hukum Al-Qur’an dan sunnah. 

Kita tidak boleh mendahulukan akal diatas Al-Qur’an dan sunnah, atau menjadikannya sebagai dasar untuk menentukan atau menetapkan nama dan sifat-sifat Allah سبحانه و تعالى. Apalagi menolak nama dan sifat-sifat Allah سبحانه و تعالى yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits shahih.

Demikian pula kita tidak menjadikan teori-teori filsafat sebagai dasar dalam memahami nama dan sifat-sifat Allah عزّوجلّ yang terdapat Al-Qur’an dan sunnah. 

Tetapi kita merujuk kepada pemahaman sahabat dan para ulama salaf dalam memahami Al-Qur’an dan sunnah secara umum dan dalam memahami nama dan sifat-sifat Allah عزّوجلّ secara khusus.

0 Response to "BERIMAN NAMA-NAMA SIFAT ALLAH DALAM AL-QURAN DAN HADIS"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel