-->

JA'FAR BIN ABI THALIB رضي الله عنه Penduduk Surga yang Bersayap



Beliau adalah Abu Abdillah Ja'far bin Abi Thalib bin Abdil Muthalib bin Hasyim, anak paman Rasulullah صلى الله عليه وسلم

Beliau adalah saudara kandung Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه. Beliau seorang yang sangat lembut kepada sesama terutama kepada orang-orang miskin sehingga beliau digelari Abul Masakin (bapaknya orang miskin). 

Beliau mendapat jaminan masuk surga dan akan memiliki dua sayap yang dapat terbang di surga ke mana pun yang beliau kehendaki.


KEUTAMAAN BELIAU 

Pertama: 
Perawakan dan akhlak Ja'far bin Abi Thalib رضي الله عنه mirip dengan Rasulullah صلى الله عليه وسلم Suatu ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengatakan kepada Ja'far bin Abi Thalib رضي الله عنه, "Engkau adalah orang yang paling mirip denganku dan dengan akhlakku".

Sungguh Allah عزوجلّ telah memuliakan Ja'far رضي الله عنه karena Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah menyamakan akhlaknya seperti akhlaknya Ja'far رضي الله عنه padahal Allah  عزوجلّ menyanjung Nabi-Nya dalam firman-Nya:    وَإنَّكَ  لعَلى خُل ق  عَظِي م 
Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS al-Qalam [68]: 4) 

Kedua: 
Termasuk as-sabiqunal awwalun (sahabat pertama yang masuk Islam) dan seorang yang dua kali melakukan hijrah. Hijrah pertama yang dilakukan kaum muslimin adalah negeri Habasyah, negeri yang dipimpin oleh seorang raja yang adil yairu Raja an-Najasyi. 

Tatkala kondisi muslimin di Makkah disiksa secara zalim oleh orang-orang kafir Quraisy, Rasulullah صلى الله عليه وسلم memerintah mereka hijrah ke negeri Habasyah. Maka berangkatlah kaum muslimin dengan dipimpin oleh orang yang mereka cintai, Ja'far bin Abi Thalib رضي الله عنه, untuk mencari keamanan dan dalam rangka menyelamatkan agama mereka. 

Ketiga: 
Sangat mencintai orang lemah dan miskin sehingga beliau digelari Abul Masakin (bapaknya orang miskin) Abu Hurairah رضي الله عنه menceritakan, "Orang yang paling baik kepada orang-orang miskin adalah Ja'far bin Abi Thalib, beliau sering memberi kami makanan yang ada di dalam rumahnya, hingga tatkala beliau mengeluarkan makanan, maka tidak tersisa sedikit pun."  

Keempat: 
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersaksi, Ja'far bin Abi Thalib رضي الله عنه termasuk syahid di medan jihad Abu Qatadah رضي الله عنه menceritakan, "Suatu ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengutus Jaisyul Umara' (pasukan yang dipimpin banyak pemimpin), lalu beliau bersabda, 'Wajib bagi kalian menaati pemimpin kalian Zaid bin Haritsah (رضي الله عنه), bila dia terbunuh maka penggantinya adalah Ja'far bin Abi Thalib (رضي الله عنه), bila ia juga terbunuh maka penggantinya adalah Abdullah bin Rawahah al-Anshari (رضي الله عنه)'... maka berangkatlah pasukan tersebut untuk menghadapi musuh yang berat, kemudian Rasulullah صلى الله عليه وسلم naik mimbar dan memerintahkan untuk ditegakkannya shalat, lalu beliau bersabda, Semoga Allah  عزوجلّ menggantikan dengan yang terbaik. 

Maukah kalian jika aku kabarkan kepada kalian perihal pasukan perang yang sedang berperang? Sungguh mereka telah berangkat untuk menjemput musuh, maka terbunuhlah Zaid bin Haritsah (رضي الله عنه) syahid dalam medan jihad, mohonkanlah ampunan untuknya.

Maka manusia pun beristighfar untuknya. Lalu bendera perang diambil oleh Ja'far bin Abi Thalib (رضي الله عنه) dan kaum muslimin pun terdesak hingga akhirnya dia pun syahid terbunuh, sungguh aku bersaksi bahwa dia syahid, maka mohonkanlah ampunan untuknya. 

Lalu bendera perang diambil alih oleh Abdullah bin Rawahah (رضي الله عنه), dia pun berjihad sekuat tenaga hingga terbunuh syahid, maka mohonkanlah ampunan untuknya. Lalu bendera perang diambil oleh Khalid bin al-Walid (رضي الله عنه) meskipun dia bukan termasuk pemimpin yang ditunjuk.

Sambil mengangkat tangannya, Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengatakan, 'Ya Allah dia Khalid bin al-Walid (رضي الله عنه) adalah salah satu pedang dari pedang-pedang-Mu, maka tolonglah dia.' Hingga semenjak itu beliau digelari Khalid si Pedang Allah. Beliau melanjutkan, 'Mundurlah kalian dan bantulah saudara kalian' hingga akhirnya mereka pun kembali dan tidak ada yang tertinggal seorang pun, mereka kembali baik dengan berjalan kaki maupun berkendaraan.

Kelima: 
Memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Rasulullah صلى الله عليه وسلم, Tatkala mendengar berita syahidnya Ja'far bin Abi Thalib (رضي الله عنه), sungguh Rasulullah صلى الله عليه وسلم merasakan kesedihan yang sangat mendalam, dan hal itu sangat tampak pada wajah beliau. Hal ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan Ja'far (رضي الله عنه) di hati Rasulullah صلى الله عليه وسلم

Anas bin Malik رضي الله عنه menceritakan, "Tatkala menceritakan kondisi peperangan, 
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, 'Zaid (رضي الله عنه) memimpin peperangan lalu dia terbunuh, lalu Ja'far (رضي الله عنه) mengambil bendera dan dia pun syahid, kemudian bendera diambil oleh Abdullah bin Rawahah (رضي الله عنه) dan dia pun terbunuh.

Sungguh kedua mata Rasulullah صلى الله عليه وسلم mencucurkan air mata kemudian bendera diambil oleh Khalid bin al-Walid (رضي الله عنه) meski dia tidak ditunjuk sebagai pemimpin akhirnya mereka dimenangkan.

Keenam: 
Rasulullah صلى الله عليه وسلم sangat memuliakan anak keturunan Ja'far bin Abi Thalib (رضي الله عنه)  Setelah tersebar berita bahwa Ja'far bin Abi Thalib (رضي الله عنه) syahid di Perang Mu'tah, maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم merasa kehilangan beliau. 

Beliau صلى الله عليه وسلم  pun sangat perhatian dengan keluarga yang ditinggalkan Ja'far (رضي الله عنه)
Beliau صلى الله عليه وسلم sering mengunjungi mereka dan mendo'akan mereka. 
Putra Ja'far, Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib (رضي الله عنه) menceritakan, Pasca meninggalnya Ja'far, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, 'Buatkanlah untuk keluarga Ja'far (رضي الله عنه) makanan, karena mereka telah tertimpa perkara yang menyibukkan mereka.


DIALOG JA'FAR DAN RAJA AN-NAJASYI 

Hijrah yang pertama yaitu hijrahnya kaum muslimin ke Habasyah adalah saksi ketinggian kedudukan Ja'far (رضي الله عنه) dari sahabat lainnya. Di negeri orang tersebut, ia memperjuangkan nasib kaum muslimin yang tertindas hingga beliau dapat menjelaskan keadaan yang sesungguhnya kepada Raja an Najasyi. 

Ummu Salamah رضي الله عنها menceritakan, "Setelah kaum muslimin berhasil keluar dari Makkah dan berhijrah ke Habasyah, mereka mendapat sambutan yang hangat dari raja negeri tersebut, Raja an-Najasyi. Maka Quraisy tidak tinggal diam, mereka segera mengutus Abdullah bin Abi Rabi'ah dan Amru bin al-Ash dengan membawa hadiah yang mahal bertujuan untuk mengembalikan kaum muslimin ke Makkah dalam keadaan terbelenggu. 

Segala taktik jahat dan tipu muslihat mereka lakukan untuk melancarkan misi tersebut. Tidak ketinggalan strategi suap pun mereka lakukan untuk melicinkan jalan. Mereka memberikan hadiah yang mahal kepada setiap orang terdekat raja agar memihak kepada mereka. 

Lalu keduanya (Abdullah bin Abi Rabi'ah dan Amru bin al-Ash) memberikan hadiah kepada an-Najasyi dan beliau pun menerimanya, lalu mereka mengatakan, "Wahai Raja an-Najasyi, sungguh telah datang ke negerimu anak-anak kemarin sore yang bodoh, yang mereka telah murtad dari agama kaumnya dan juga tidak masuk ke dalam agamamu (Nasrani), namun mereka datang dengan membawa ajaran yang baru yang kami dan Anda tidak mengetahuinya. Oleh karenanya, kaum kami telah mengutus kami untuk mengembalikan mereka dan memberi pelajaran kepada mereka." Lalu orang-orang terdekat raja pun membenarkan ucapan tersebut.

Namun an-Najasyi dengan kearifan dan keadilannya dia justru marah besar seraya mengatakan, "Mereka adalah suatu kaum yang telah bertamu ke negeriku. Mereka memilih untuk singgah di negeriku tidak pada yang lainnya, maka aku tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian sebelum aku mendengar langsung pengakuan mereka, bila kejadiannya adalah seperti yang kalian katakan maka mereka akan kami serahkan, namun bila tidak maka aku akan berbuat baik kepada para tamu yang datang kepadaku." 

Maka saat itulah Ja'far رضي الله عنه berorasi menjelaskan kepada raja, "Wahai Sang Raja, dahulu kami adalah suatu kaum jahiliah (dalam kebodohan), kami menyembah patung, memakan bangkai, mengerjakan perbuatan yang keji, memutus silaturahmi, menyakiti tetangga, yang kuat menindas yang lemah, dahulu keadaan kami demikian itu hingga Allah عزوجلّ mengutus kepada kami seorang nabi, yang kami sangat mengetahui nasabnya, kejujurannya, amanahnya, lalu nabi itu mengajak kami untuk hanya menyembah Allah, menauhidkan-Nya, dan meninggalkan sembahan kami dan sembahan bapak-bapak kami berupa patung kayu dan batu, dan nabi itu memerintah kami untuk berkata jujur, menyampaikan amanah, menyambung silaturahmi, berbuat baik kepada tetangga, menahan diri dari perbuatan keji dan permusuhan, meninggalkan perbuatan keji dan berdusta, dan dari memakan harta anak yatim, dan memerintah kami agar hanya beribadah kepada Allah عزوجلّ semata dan menjauhi kesyirikan, memerintah kami agar mengerjakan shalat, zakat, puasa, lalu kami pun membenarkan nabi tersebut, kami beriman dengannya dan kami mengikuti seruannya. 

Namun, kaum kami telah berbuat zalim kepada kami, mereka menyiksa kami, mereka meneror kami, mereka menginginkan agar kami kembali kepada agama mereka menyembah berhala, dan agar kami berbuat seperti yang mereka kerjakan, maka tatkala kami dipaksa dan dizalimi dan hal itu terasa berat bagi kami, maka lalu kami keluar menuju negeri Paduka, kami memilih Paduka dari selainnya dan kami berharap kebaikan Paduka sehingga kami tidak dizalimi di dalam negeri Paduka ini, wahai Sang Raja.

Lalu Raja an-Najasyi bertanya, "Apakah engkau bisa menyebutkan sebagian ajaran yang dibawa oleh nabi tersebut?

Ja'far (رضي الله عنه) menjawab, "Tentu." An-Najasyi berkata, "Bacakanlah kepadaku." 

Lalu Ja'far (رضي الله عنه) membaca beberapa ayat di awal-awal surat Maryam. Mendengar bacaan Ja'far (رضي الله عنه), tiba-tiba Raja an-Najasyi menangis tersedu-sedu hingga jenggotnya basah dengan air mata. 

Melihat itu, para pendeta di tempat itu pun ikut menangis hingga membasahi kitab-kitab yang ada di tangan mereka.

AnNajasyi mengatakan,Sungguh apa yang dibawa oleh nabi tersebut berasal dari sumber yang sama dengan yang dibawa oleh Nabi Isa (عليه السلام). Pergilah kalian (wahai utusan Quraisy) dan aku tidak akan menyerahkan mereka (kaum muslimin) kepada kalian.

Baca Juga: Imam Al Bukhari

BELIAULAH PENGHUNI SURGA YANG MEMILIKI SAYAP 

Keberanian Ja'far رضي الله عنه dan kesungguhannya dalam membela Islam juga tercermin pada Perang Mu'tah. Pada perang tersebut bertemu dua kekuatan yang secara kuantitas sungguh tidak sebanding.

Pasukan kaum muslimin yang hanya berjumlah 3.000 personil dihadapkan dengan pasukan musuh yang berjumlah 200.000 serdadu, hanya saja kaum muslimin berperang bukan karena banyaknya jumlah melainkan mereka berperang untuk mendapat-kan salah satu dari dua kemuliaan: kemenangan atau syahid. 

Di awal peperangan, pasukan kaum muslimin dipimpin oleh Zaid bin Haritsah (رضي الله عنه) atas perintah Rasulullah صلى الله عليه وسلم.

Setelah melakukan perlawanan, akhirnya Zaid (رضي الله عنه) gugur sebagai syahid. Maka tampillah Ja'far (رضي الله عنه) mengambil bendera perang. 

Ja'far (رضي الله عنه) menggenggam bendera dengan tangan kanan, sedang beliau berada di atas kuda perang. Dengan gigih beliau menghadang musuh dengan melantunkan syair-syair pengobar semangat. Beliau bertempur tanpa ada rasa takut sedikit pun.

Datanglah seorang kafir dan menebaskan pedangnya ke arah tangan Ja'far (رضي الله عنه) hingga tangan kanan beliau terputus, lalu bendera perang segera beliau ambil dengan tangan kiri. Seorang kafir itu pun menebaskan ke arah tangannya hingga tangan kiri beliau terputus. Beliau tidak ingin bendera kaum muslimin tumbang, maka beliau mendekapkan bendera itu ke dadanya, hingga akhirnya beliau gugur sebagai syahid. 

Allah عزوجلّ telah mengganti kedua tangan beliau dengan dua sayap yang dengannya beliau dapat terbang di surga ke mana pun beliau kehendaki. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Aku melihat Ja'far (رضي الله عنه) disurga seperti malaikat yang dapat terbang dengan dua sayapnya." 

Oleh karena itu, Sahabat Ibnu Umar (رضي الله عنه) bila bertemu dengan anak-anak keturunan Ja'far (رضي الله عنه) beliau mengucapkan salam "semoga keselamatan atas kalian wahai putra pemilik dua sayap, hingga menjadi tersebarlah julukan bahwa Ja'far (رضي الله عنه) adalah sahabat "pemilik dua sayap". Sahabat Ibnu Umar (رضي الله عنه) menceritakan, "Pada waktu itu, aku ikut serta dalam barisan peperangan, kami menemukan jasad Ja'far (رضي الله عنه) bersama dengan para syuhada yang lainnya, dalam keadaan pada tubuhnya dijumpai sebanyak 70 lebih luka tusukan yang semuanya mengarah ke dada beliau."  

Semoga Allah عزوجلّ mengumpulkan kita semua bersama dengan para nabi dan para sahabatnya dan sahabat penghuni surga yang memiliki dua sayap dan dapat terbang ke mana pun yang ia kehendaki.

0 Response to "JA'FAR BIN ABI THALIB رضي الله عنه Penduduk Surga yang Bersayap"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel